Pertolongan Darurat
Jika Terjadi Kecelakaan
Jika Anda mendengar teriakan atau melihat darah, berarti ada suatu kecelakaan, dan kemungkinan ada seseorang yang terluka. Anda menyadari ia butuh pertolongan, dan Anda berada paling dekat dengannya. Sadarilah bahwa tindakan pertolongan Anda selama beberapa menit ke depan bisa menjadi penentu.
Seberapa Serius Kecelakaannya?
Jangan panik. Cobalah mengetahui seberapa serius kecelakaannya secara cepat. Ini akan mempermudah Anda dalam bertindak cepat untuk menolongnya, apa pun bentuk pertolongan yang dibutuhkannya.
Jangan Panik
Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menentukan seberapa baik Anda dapat mencegah cideranya bertambah parah. Yang paling penting sebelum melakukan penanganan adalah memindahkan korban dari tempat kecelakaan bila situasinya membahayakan. Anda harus mengetahui penyebab kecelakaan dan menghentikannya, apakah itu berupa penghentian crane, pemadaman api, atau pemindahan mesin. Maka, jangan panik, namun tetap waspada!
Pertolongan Darurat
Bila Anda mengetahui bahwa korban membutuhkan pertolongan secepatnya, penting bagi Anda untuk mengetahui keadaan sirkulasi saluran pernapasan:
A. Saluran pernapasan korban jangan sampai terhalang.
B. Bila korban tidak bernapas, segera lakukan pernapasan buatan.
C. Bila tidak ada denyut nadi, lakukan Resusitasi Jantung Paru-RJP (Cardio Pulmonary Resuscitation-CPR).
Untuk panduan lebih jelas, silakan lihat di Resusitasi Jantung Paru-RJP (Cardio Pulmonary Resuscitation-CPR).
Cari Bantuan Bila Diperlukan
Anda harus bisa menentukan apakahAnda bisa menangani korban sendirian. Bila Anda merasa memerlukan bantuan, carilah bantuan secepatnya. Bertindaklah secara tenang sambil menilai situasi. Jangan lupa untuk melakukan pertolongan pertama secara terus¬-menerus dan dampingi korban sampai bantuan datang.
Selalu simpan nomor-nomor telpon penting di tempat yang mudah dilihat.
RESUSITASI JANTUNG PARU-RJP (CARDIO PULMONARY RESUSCITATION-CPR)
Bila penderita tidak bernapas dan nadinya teraba tidak berdenyut, mulailah lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau juga dikenal sebagai Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR). CPR adalah kombinasi pemijatan (masase) jantung dari luar dan resusitasi mulut ke mulut. Untuk melakukan hal ini, sebaiknya penolong telah mengikuti pelatihan P3K untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dalam melakukan tindakan agar tidak menambah cidera pada penderita.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus Anda lakukan.
Jika pasien ternyata tidak menunjukkan adanya denyut dan biji mata melebar dan tampak seperti mati:
gambar: http://depts.washington.edu/learncpr/pocket.html
1. Cari bantuan.
2. Atur Posisi korban.
3. Tengadahkan kepala pasien ke belakang.
4. Carilah titik tekanan yang tepat dengan terlebih dahulu menentukan letak titik ujung tulang dada (sternum). Titik tekanan terletak sejauh dua Lebar jari di atasnya.
5. Letakkan telapak tangan Anda di atas titik tekanan tersebut. Angkat jari Anda menjauhi permukaan dada.
6. Tekan lurus ke bawah sebanyak 80 hingga 100 kali per menit. Tekan seeara vertikal, siku pada posisi lurus.
7. Tekan ke bawah ke arah dada sedalam 2 hingga 3 cm untuk orang dewasa.
8. Ingat bahwa setelah setiap tekanan ke-30, Anda harus meniupkan udara ke dalam paru-paru dua kali secara berurutan.
Keselamatan tidak dapat diabaikan
Keselamatan adalah komoditas unik. Dia tidak seperti yang lainnya. Kita dapat menyediakan keamanan finansial di masa depan untuk diri sendiri dan keluarga dengan cara menabung dan menginvestasikan uang kita secara bijaksana. Kita dapat mengasuransikan kesehatan kita di masa depan sampai batas tertentu dengan membiasakan diri hidup sehat dan melakukan imunisasi. Namun, keselamatan tidak dapat diakumulasikan sampai jangka waktu tertentu atau disediakan untuk masa depan. Bila keselamatan diperhatikan, maka setiap hari akan berakhir dengan baik.
Setiap pagi ketika kita memulai kegiatan harian, kita harus mengupayakan keselamatan. Yang penting adalah, "Akankah kita bekerja atau bermain secara aman hari ini?" Tindakan ceroboh atau kurang hati-hati dapat menghancurkan masa depan kita dan menyebabkan hari-hari kemarin kita berakhir menyedihkan. Jawabannya adalah bekerja dan bermain secara aman setiap hari, satu demi satu, maka hari-hari esok akan begitu pula, dan hari-hari kemarin kita akan menjadi kenangan yang membahagiakan.
Praktekkanlah keselamatan, gunakan keselamatan, dan giatkan keselamatan. Keselamatan adalah produk yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Keselamatan yang tidak digunakan hari ini akan lenyap, hilang tanpa harapan.
Bila kita memberi kesempatan kepada keselamatan, keselamatan dapat menyelamatkan kita.
Blog ini berisi tentang Ilmu Keperawatan, Askep , serta ilmu kesehatan lainnya semoga Bermanfaat......
Selasa, 07 Juni 2011
Senin, 06 Juni 2011
TINDAKAN SUCTION
Pengertian :
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
Tujuan :
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
Prinsip:
Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki.
Komplikasi:
a. Hipoksia
b. Trauma jaringan
c. Meningkatkan resiko infeksi
d. Stimulasi vagal dan bronkospasm
Kriteria :
a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang tepat
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien
c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten
e. Observasi tanda-tanda vital
Indikasai :
1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral
Persiapan :
a. Lingkungan
- Penjelasan pada kleuarga
- Pasang skerem/ tabir
- Pencahayaan yang baik
b. Klien
- Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan
- Atur posisi klien :
Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan posisi fowler dengan leher ekstensi (nasal suction)
Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap pelaksana tindakan (oral/nasal suction)
c. Alat – alat
1. Regulator vakum set
2. Kateter penghiap steril sesuai ukuran
3. Air steril/ normal salin
4. Hanscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut/ handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel k/p
Pelaksanaan :
A. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak
Fase kerja
I. Suction Orofaringeal
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan sekresi dengan mencairkan sputum atau menelannya. Prosedur digunakan setelah klien batuk.
1.Siapkan peralatan disamping tempat tidur klien
2. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
3. Mengatur posisi klien (perhatikan keadaan umum klien)
4. Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu klien
5. Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat
6. Tuangkan air steril/ normal salin dalam wadah steril
7. Ambungkan kateter penghisap steril ke regulator vakum
8. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung klien
9. Basahi ujung kateter dengan larutan steril
10. Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien dan arahkan ke orofaring dengan perlahan
11. Sumbat “port” penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saat menariknya, tidak boleh lebih dari 15 detik.
12. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak mengalami disteress pernafasan, istirahat 20-30 detik, sebelum memasukkan ulang kateter.
13. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulang langkah 9 -11
14. Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan batuk efektif diantara penghisapan.
15. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah penghisapan orofaringeal.
16. Buang kateter penghisap bersamaan dengn pelepasan hanscoon
17. Cuci tangan
II. Suction ETT
1. Kaji adanya tanda dan gejala yang mengindikasikan gejala adanya sekresi jalan nafas bagian atas
2. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapkan alat dan bahan
4. Tutup pintu atau tarik gorden
5. Berikan pasien posisi yang benar
6. Tempatkan handuk di atas bantal atau di bawah dagu klien
7. Pilih tipe tekanan pengisap yang tepat untuk klien. Misalnya tekanan 110-150 mmHg untuk dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 untuk bayi.
8. Cuci tangan
9.1. Untuk pengisapan dengan kateter yankauer
a. Kenakan sarung tangan bersih
b. Hubungkan satu ujung selang penghubung dengan mesin pengisap dan ujung lain dengan kateter pengisap yankauer. Isi mangkuk dengna air.
c. Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik dengan mengisap sejumlah air dari mangkuk
d. Pindahkan masker oksigen jika terpasang
e. Masukkan kateter ke dalam mulut sepanjang garis gusi ke faring. Gerakkan kateter mengelilingi lubang mulut sampai sekresi terangkat.
f. Dorong klien untuk batuk. Angkat masker oksigen
g. Bersihkan kateter dengan air di dalam mangkuk atau Waskom sampai selang penghubung bersih dari sekresi. Matikan pengisap.
h. Kaji kembali status pernafasan klien
i. Angkat handuk, letakkan di kantong kotor untuk dicuci. Lepaskan sarung tangan dan buang di wadah.
j. Reposisikan klien, posisi sims mendorong drainase dan harus digunakan jika klien mengalami penurunan tingkat kesadaran.
k. Buang air yang tersisa ke dalam wadah yang tersedia
l. Tempatkan selang penghubung di daerah kering dan bersih
m. Cuci tangan
III. Suction tracheostomy
a. Nyalakan peralatan pengisap dan atur regulator vakum pada tekanan negative yang sesuai
b. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen tambahan sampai 100% atau sesuai program dokter
c. Gunakan peralatan pengisap dengan membuka bungkusan dengan tetap menjaga kesterilan pengisap tersebut.
d. Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan kateter steril yang terbuka tersebut tanpa menyentuh bungkusannya.
e. Kenakan masker dan pelindung mata
f. Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan atau kenakan sarung tangan bersih pada tangan tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan.
g. Angkat kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaaan yang tidak steril. Angkat selang penghubung dengan tangan tidak dominan. Masukkan kateter ke dalam selang.
h. Periksa apakah peralatan berfungi dengan baik dengan mengisap sejumlah normal saline dari Waskom
i. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengna pelumas larut air
j. Angkat peralatan pemberian oksigen, jika terpasang dengan tangan tidak dominan. Tanpa melakukan pengisapan, dengan perlahan tetapi cepat, insersikan kateter dengan ibu jari dan jari telunjuk dominan ke dalam hidung dengan gerakan sedikit mirimg ke arah bawah atau melalui mulut saat klien menghirup nafas.
k. Lakukan pengisapan secara intermitten sampai selam 10 detik dengan meletakkan dan mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubang ventilasi kateter sambil memutarnya ke dalam dan keluar di antara ibu jari dan jari telunjuk dominan.
l. Bilas kateter dengan selang penghubung dengan normal saline sampai bersih.\
Fase Terminasi
1. Evaluasi terhadap tindakan yanmg telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang
Pendokumentasian :
Pengkajian sebelum dan sesudah suction, ukuran kateter, lama tindakan, secret (warna,bau,jumlah dan konsistensi), toleransi klien terhadap tindakan yang dilakukan.
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
Tujuan :
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
Prinsip:
Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki.
Komplikasi:
a. Hipoksia
b. Trauma jaringan
c. Meningkatkan resiko infeksi
d. Stimulasi vagal dan bronkospasm
Kriteria :
a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang tepat
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien
c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten
e. Observasi tanda-tanda vital
Indikasai :
1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral
Persiapan :
a. Lingkungan
- Penjelasan pada kleuarga
- Pasang skerem/ tabir
- Pencahayaan yang baik
b. Klien
- Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan
- Atur posisi klien :
Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan posisi fowler dengan leher ekstensi (nasal suction)
Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap pelaksana tindakan (oral/nasal suction)
c. Alat – alat
1. Regulator vakum set
2. Kateter penghiap steril sesuai ukuran
3. Air steril/ normal salin
4. Hanscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut/ handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel k/p
Pelaksanaan :
A. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak
Fase kerja
I. Suction Orofaringeal
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan sekresi dengan mencairkan sputum atau menelannya. Prosedur digunakan setelah klien batuk.
1.Siapkan peralatan disamping tempat tidur klien
2. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
3. Mengatur posisi klien (perhatikan keadaan umum klien)
4. Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu klien
5. Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat
6. Tuangkan air steril/ normal salin dalam wadah steril
7. Ambungkan kateter penghisap steril ke regulator vakum
8. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung klien
9. Basahi ujung kateter dengan larutan steril
10. Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien dan arahkan ke orofaring dengan perlahan
11. Sumbat “port” penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saat menariknya, tidak boleh lebih dari 15 detik.
12. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak mengalami disteress pernafasan, istirahat 20-30 detik, sebelum memasukkan ulang kateter.
13. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulang langkah 9 -11
14. Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan batuk efektif diantara penghisapan.
15. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah penghisapan orofaringeal.
16. Buang kateter penghisap bersamaan dengn pelepasan hanscoon
17. Cuci tangan
II. Suction ETT
1. Kaji adanya tanda dan gejala yang mengindikasikan gejala adanya sekresi jalan nafas bagian atas
2. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapkan alat dan bahan
4. Tutup pintu atau tarik gorden
5. Berikan pasien posisi yang benar
6. Tempatkan handuk di atas bantal atau di bawah dagu klien
7. Pilih tipe tekanan pengisap yang tepat untuk klien. Misalnya tekanan 110-150 mmHg untuk dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 untuk bayi.
8. Cuci tangan
9.1. Untuk pengisapan dengan kateter yankauer
a. Kenakan sarung tangan bersih
b. Hubungkan satu ujung selang penghubung dengan mesin pengisap dan ujung lain dengan kateter pengisap yankauer. Isi mangkuk dengna air.
c. Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik dengan mengisap sejumlah air dari mangkuk
d. Pindahkan masker oksigen jika terpasang
e. Masukkan kateter ke dalam mulut sepanjang garis gusi ke faring. Gerakkan kateter mengelilingi lubang mulut sampai sekresi terangkat.
f. Dorong klien untuk batuk. Angkat masker oksigen
g. Bersihkan kateter dengan air di dalam mangkuk atau Waskom sampai selang penghubung bersih dari sekresi. Matikan pengisap.
h. Kaji kembali status pernafasan klien
i. Angkat handuk, letakkan di kantong kotor untuk dicuci. Lepaskan sarung tangan dan buang di wadah.
j. Reposisikan klien, posisi sims mendorong drainase dan harus digunakan jika klien mengalami penurunan tingkat kesadaran.
k. Buang air yang tersisa ke dalam wadah yang tersedia
l. Tempatkan selang penghubung di daerah kering dan bersih
m. Cuci tangan
III. Suction tracheostomy
a. Nyalakan peralatan pengisap dan atur regulator vakum pada tekanan negative yang sesuai
b. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen tambahan sampai 100% atau sesuai program dokter
c. Gunakan peralatan pengisap dengan membuka bungkusan dengan tetap menjaga kesterilan pengisap tersebut.
d. Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan kateter steril yang terbuka tersebut tanpa menyentuh bungkusannya.
e. Kenakan masker dan pelindung mata
f. Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan atau kenakan sarung tangan bersih pada tangan tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan.
g. Angkat kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaaan yang tidak steril. Angkat selang penghubung dengan tangan tidak dominan. Masukkan kateter ke dalam selang.
h. Periksa apakah peralatan berfungi dengan baik dengan mengisap sejumlah normal saline dari Waskom
i. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengna pelumas larut air
j. Angkat peralatan pemberian oksigen, jika terpasang dengan tangan tidak dominan. Tanpa melakukan pengisapan, dengan perlahan tetapi cepat, insersikan kateter dengan ibu jari dan jari telunjuk dominan ke dalam hidung dengan gerakan sedikit mirimg ke arah bawah atau melalui mulut saat klien menghirup nafas.
k. Lakukan pengisapan secara intermitten sampai selam 10 detik dengan meletakkan dan mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubang ventilasi kateter sambil memutarnya ke dalam dan keluar di antara ibu jari dan jari telunjuk dominan.
l. Bilas kateter dengan selang penghubung dengan normal saline sampai bersih.\
Fase Terminasi
1. Evaluasi terhadap tindakan yanmg telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang
Pendokumentasian :
Pengkajian sebelum dan sesudah suction, ukuran kateter, lama tindakan, secret (warna,bau,jumlah dan konsistensi), toleransi klien terhadap tindakan yang dilakukan.
MENGUKUR TEKANAN DARAH
Sebenarnya antum bisa mengukur tekanan darah antum sendiri tanpa harus ke klinik atau ke dokter, asalkan antum punya 2 alat yang dibutuhkan untuk mengukur tekanan darah. Alat yang pertama disebut stetoskop (stethoscope), gunanya untuk mendengarkan denyut nadi. Alat yang kedua disebut manset tensimeter (sphygmomanometer). Untuk saat ini ada 3 jenis tensimeter yang beredar di pasaran. Jenis yang pertama adalah tensimeter air raksa, jenis yang kedua adalah tensimeter aneroid (menggunakan jarum), dan jenis yang ketiga adalah tensimeter digital. Nah, untuk contoh kali ini, ana menggunakan tensimeter jenis aneroid. Kebetulan pas masuk kantor kemarin pagi, ada yang meninggalkan tensimeter aneroid dan stetoskopnya di meja kerja ana, kayaknya punya dokter Sofi, nih! Melihat 2 alat itu, timbullah rasa ingin tahu ana. Akhirnya ana pake juga itu alat untuk nge-cek tekanan darah ana. Hmm.., 110/90, lumayan normal, hi..hi..hi... :)
Harga tensimeter aneroid relatif lebih murah dibanding air raksa ataupun digital, lho!
Oiya, di bawah ini ana bagikan sedikit informasi tentang Cara Mengukur Tekanan Darah dengan menggunakan 2 alat seperti yang terlihat di gambar, semoga saja berguna bagi antum.
Cara Mengukur Tekanan Darah
1. Pasang (lilitkan) manset tensimeter pada lengan atas di atas siku. Batas bagian bawah manset sekitar 2-3 cm dari lipatan siku. Boleh di lengan kiri atau kanan. Pemasangan manset pada bagian ini karena di sinilah letak pembuluh darah yang bernama Arteri Brachialis, yaitu pembuluh darah yang berasal langsung dari jantung. Letak pembuluh ini persis berada di bawah kulit di lipat siku (batas lengan bawah). Fungsi manset adalah untuk menekan pembuluh darah arteri tersebut. Perhatikan tanda panah yang bertuliskan "Artery" pada manset dan pastikan bagian itu antum letakkan tepat di tempat yang dimaksud. (Lihat Gambar)
2. Manset tensimeter harus sejajar atau setinggi jantung. Orang yang diperiksa lebih baik dalam kondisi berbaring atau duduk. Kondisinya harus santai/rileks, tangan tidak boleh tegang.
3. Pasang stetoskop di telinga antum, tempelkan bagian yang pipih-bulat di sebelah bawah lilitan manset pada lipatan siku tempat dimana Arteri Brachialis berada.
4. Putar ke kanan (searah jarum jam) katup pengatur udara yang ada pada pompa karet manset untuk menutupnya, agar saat antum memompa manset nanti tidak ada udara yang bocor keluar.
5. Remas-remas pompa karet agar udara masuk ke dalam manset sampai jarum aneroid menunjukkan tekanan 140 mmHg. Kenapa 140 mmHg? Yah, karena fungsi manset tensimeter adalah untuk menekan Arteri Brachialis agar aliran darah pada arteri tersebut terhenti pada tekanan tertentu. Dan untuk tekanan sistole yang normal pada orang dewasa adalah 120 mmHg. Maka pada tekanan 140 mmHG tekanan darah akan terhenti. Dari sinilah pengambilan nilai 140 mmHg didasarkan.
6. Dengarkan suara yang muncul dari stetoskop yang telah terpasang di telinga antum. Jika pada tekanan 140 mmHg masih terdengar suara pulsasi/denyut arteri (suaranya ...duk...duk...duk...duk..., seperti ketukan jari di atas meja), berarti orang yang diperiksa adalah seorang penderita hipertensi, maka naikkan lagi tekanan dengan cara meremas pompa karet sedikit demi sedikit hingga suara pulsasi/denyut tidak terdengar lagi.
7. Setelah itu putar ke kiri sedikit katup pengatur udara agar udara di dalam manset keluar sedikit demi sedikit dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik, hingga aliran darah di arteri Brachialis kembali mengalir. Perhatikan dan dengarkan suara yang timbul dari stetoskop antum ketika katup manset terbuka. Ketika terdengar suara denyut arteri (...duk...duk...duk...duk...) untuk yang pertama kali, maka itulah suara yang disebut sebagai suara Korotkoff sekaligus penanda tekanan sistole. Kemudian suara denyutan itu makin lama makin keras, lalu berubah menjadi bising, lalu terdengar jelas lagi, kemudian mulai melemah dan lalu menghilang. Nah, titik di saat suara ketukan/denyut arteri menghilang itulah yang dijadikan sebagai penanda tekanan diastole.
Jadi jika ada yang mengatakan bahwa tekanan darahnya adalah 120/80, maka itu berarti nilai 120 mmHg untuk tekanan sistole dan 80 mmHg untuk tekanan diastole. .Untuk lebih jelasnya, perhatikan 5 Fase yang digunakan untuk menentukan tekanan sistole dan diastole di bawah ini.
5 Fase Dalam Penentuan Sistole dan Diastole
Fase I:
Fase dimana antum memompa manset pada nilai tertentu (140 mHg) hingga tidak terdengar lagi denyut arteri dan kemudian antum berhenti memompa, lalu mulai membuka sedikit katup udara manset yang menjadikan tekanan udara manset berkurang setahap demi setahap. Kemudian tiba-tiba pada nilai tertentu (misal: 120 mmHg) terdengar jelas suara denyut/ketukan pendek-pendek yang makin lama makin keras. Suara ini disebut suara Korotkoff dan terdengar selama tekanan mansetnya diturunkan sekitar 10-14 mmHg/detik.
Fase II:
Selama penurunan tekanan menjadi sekitar 15-20 mmHg, suara bising (murmur) akan terdengar namun kerasnya berkurang.
Fase III:
Selama penurunan 5-7 mmHg berikutnya, suara ketukan menjadi jelas kembali dan terdengar lebih keras.
Fase IV:
Selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya, suara terdengar meredup dan melemah dengan cepat .
Fase V:
Pada fase ini suara ketukan pun menghilang.
Nah, perhatikan jarum di alat pengukur tekanan pada manset antum saat suara ketukan yang pertama kali terdengar pada Fase I. Angka yang ditunjuk oleh jarum itulah yang menjadi nilai untuk tekanan sistole.
Kemudian perhatikan jarum di alat pengukur tekanan manset antum pada saat suara ketukan menghilang pada Fase V. Angka yang ditunjuk oleh jarum itulah yang menjadi nilai untuk tekanan diastole.
Cobalah untuk melakukan pemeriksaan ini 2-3 kali, agar lebih yakin.
Sebagai catatan tambahan, sebaiknya pemeriksaan tekanan darah ini dilakukan saat pasien dalam kondisi rileks atau tidak sedang dalam kondisi bekerja secara fisik. Karena pada orang dewasa yang sedang bekerja secara fisik, tekanan diastole akan terjadi pada awal fase IV. Perlu dicatat juga bahwa tekanan diastole pada anak-anak juga terjadi pada fase IV.
Dan perlu diperhatikan juga bahwa pengukuran tekanan darah harus akurat agar tidak menimbulkan kesalahan diagnosis. Dan jika antum menangani penderita hipertensi atau darah tinggi, maka kesalahan diagnosis ini akan berakibat fatal.
Wallahu'alam.
MENGHITUNG PERNAPASAN
Pengertian
1.Menghitung pernafasan adalah suatu tindakan dalam menghitung jumlah pernafasan pasien dalam 1 menit.
2.Pernafasan adalah peristiwa mengambil oksigen (menarik nafas / inspirasi) dan mengeluarkan
Persiapan alat:
• Jam tangan dengan jarum penunjuk detik.
• Pena dan buku catatan.
Jangan memberitahu klien bahwa perawat akan menghitung frekuensi pernafasan
Pastikan Klien dalam posisi nyaman duduk lebih baik.
Rasional : Ketidaknyamanan dapat menyebabkan klien bernafas cepat.
Menghitung pernafasan dengan menghitung turun naiknya dada sambil memegang
pergelangan tangan.
Rasional : Memegang tangan pasien bisa mencegah perubahan kecepatan pernafasan, karena merasa diamati
Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
Rasional : Menjamin hitungan mulai dengan siklus pernafasan normal.
Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh
Rasional : Menjamin hasil perhitungan lebih akurat
Sambil menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan: dangkal, dalam atau normal, apakah irama normal
Rasional : Karakter gerakan ventilasi dapat menunjukkan perubahan khusus / status penyakit.
Catat hasil pada bagan. Laporkan adanya tanda perubahan pernafasan
Rasional : Memberikan data untuk pengamatan perubahan pada kondisi pasien.
Jumlah Pernafasan Normal permenit
1. Bayi = 30 – 60 permenit
2. Bayi pada tahun pertama = 25 – 30 permenit
3. Bayi pada tahun kedua = 20 – 26 permenit
4. Anak usia 14 tahun = 20 – 30 permenit
5. Wanita dewasa = 18 – 20 permenit
6. Laki – Laki dewasa = 16 – 18 permenit
7. Orang tua 50 tahun = 14 – 16 permenit
8. Orang tua 70 tahun = 12 – 14 permenit
CARA MENGHITUNG NADI
1. Tempel dan tekankan (Jangan terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis) salah satu tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi anda. Setelah itu, barulah Anda mulai menghitung.
2. Hitunglah denyut nadi Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.
Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dalam 1 menit.
Denyut nadi pada orang yang sedang beristirahat adalah
60 - 80 kali permenit untuk orang dewasa,
80 - 100 kali permenit untuk anak-anak,
100 - 140 kali permenit pada bayi.
Bila Anda semakin bugar, denyut nadi Anda sewaktu istirahat akan makin menurun, kuat dan lebih teratur.
Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolah raga, atau demam. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali permenit untuk setiap satu derajat celcius penderita demam.
Sedangkan untuk mengetahui kekuatan denyut jantung maksimal yaitu dengan rumus:
Nadi Max = 80% x (220 - umur )
Misalkan anda sekarang berusia 40 tahun maka kekuatan maksimal jantung anda adalah 80 % X 180 = 144 kali/menit.
. Definisi
Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit
b. Tujuan
1) Mengetahui keadaan umum pasien
2) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam 1 menit
3) Mengikuti perkembangan penyakit
4) Membantu menegakkan diagnosa
c. Persiapan alat
1) Arloji tangan dengan jarum detik atau layar digital
2) Buku catatan dan alat tulis
d. Prosedur
1) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2) Mendekatkan alat
3) Mencuci tangan Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
4) Meletakkan lengan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian bawahnya, atau tempatkan tangan pemeriksa langsung pada abdomen atas klien.
5) Mengobservasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
6) Setelah siklus terobservasi, lihat pada jarum detik jam tangan dan hitung frekuensinya
7) Bila irama teratur, hitung respirasi selama 30 detik dan kalikan 2
8) Bila respirasi tidak teratur hitung satu menit penuh
9) Saat menghitung, catat kedalaman pernafasan
10) Mencuci tangan
11) Mendokumentasikan
1.Menghitung pernafasan adalah suatu tindakan dalam menghitung jumlah pernafasan pasien dalam 1 menit.
2.Pernafasan adalah peristiwa mengambil oksigen (menarik nafas / inspirasi) dan mengeluarkan
Persiapan alat:
• Jam tangan dengan jarum penunjuk detik.
• Pena dan buku catatan.
Jangan memberitahu klien bahwa perawat akan menghitung frekuensi pernafasan
Pastikan Klien dalam posisi nyaman duduk lebih baik.
Rasional : Ketidaknyamanan dapat menyebabkan klien bernafas cepat.
Menghitung pernafasan dengan menghitung turun naiknya dada sambil memegang
pergelangan tangan.
Rasional : Memegang tangan pasien bisa mencegah perubahan kecepatan pernafasan, karena merasa diamati
Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
Rasional : Menjamin hitungan mulai dengan siklus pernafasan normal.
Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh
Rasional : Menjamin hasil perhitungan lebih akurat
Sambil menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan: dangkal, dalam atau normal, apakah irama normal
Rasional : Karakter gerakan ventilasi dapat menunjukkan perubahan khusus / status penyakit.
Catat hasil pada bagan. Laporkan adanya tanda perubahan pernafasan
Rasional : Memberikan data untuk pengamatan perubahan pada kondisi pasien.
Jumlah Pernafasan Normal permenit
1. Bayi = 30 – 60 permenit
2. Bayi pada tahun pertama = 25 – 30 permenit
3. Bayi pada tahun kedua = 20 – 26 permenit
4. Anak usia 14 tahun = 20 – 30 permenit
5. Wanita dewasa = 18 – 20 permenit
6. Laki – Laki dewasa = 16 – 18 permenit
7. Orang tua 50 tahun = 14 – 16 permenit
8. Orang tua 70 tahun = 12 – 14 permenit
CARA MENGHITUNG NADI
1. Tempel dan tekankan (Jangan terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis) salah satu tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi anda. Setelah itu, barulah Anda mulai menghitung.
2. Hitunglah denyut nadi Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.
Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dalam 1 menit.
Denyut nadi pada orang yang sedang beristirahat adalah
60 - 80 kali permenit untuk orang dewasa,
80 - 100 kali permenit untuk anak-anak,
100 - 140 kali permenit pada bayi.
Bila Anda semakin bugar, denyut nadi Anda sewaktu istirahat akan makin menurun, kuat dan lebih teratur.
Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolah raga, atau demam. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali permenit untuk setiap satu derajat celcius penderita demam.
Sedangkan untuk mengetahui kekuatan denyut jantung maksimal yaitu dengan rumus:
Nadi Max = 80% x (220 - umur )
Misalkan anda sekarang berusia 40 tahun maka kekuatan maksimal jantung anda adalah 80 % X 180 = 144 kali/menit.
. Definisi
Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit
b. Tujuan
1) Mengetahui keadaan umum pasien
2) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam 1 menit
3) Mengikuti perkembangan penyakit
4) Membantu menegakkan diagnosa
c. Persiapan alat
1) Arloji tangan dengan jarum detik atau layar digital
2) Buku catatan dan alat tulis
d. Prosedur
1) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2) Mendekatkan alat
3) Mencuci tangan Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
4) Meletakkan lengan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian bawahnya, atau tempatkan tangan pemeriksa langsung pada abdomen atas klien.
5) Mengobservasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
6) Setelah siklus terobservasi, lihat pada jarum detik jam tangan dan hitung frekuensinya
7) Bila irama teratur, hitung respirasi selama 30 detik dan kalikan 2
8) Bila respirasi tidak teratur hitung satu menit penuh
9) Saat menghitung, catat kedalaman pernafasan
10) Mencuci tangan
11) Mendokumentasikan
Minggu, 05 Juni 2011
PENGUKURAN SUHU
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat.
Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun.
Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal dan aksila.
Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun.
Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal dan aksila.
TUJUAN TINDAKAN
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
Alat dan Bahan
1. Termometer
2. 3 buah botol:
o Botol 1 berisi larutan sabun
o Botol 2 berisi larutan desinfektan
o Botol 3 berisi air bersih
3. Bengkok
4. Kertas / tissue
5. Vaselin
6. Buku catatan suhu
7. Sarung tangan
Prosedur Kerja
PEMERIKSAAN SUHU ORAL
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien
5. Tentukan letak bawah lidah
6. Turunkan suhu termometer dibawah anatara 340C – 350C.
7. Letakkan termometer dibawah lidah sejajar dengan gusi
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 – 5 menit
PEMASANGAN INFUSE
PEMASANGAN INFUSE
Kriteria :
a. Kelengkapan alat-alat dan infuse set sesuai dengan umur dan kondisi klien
b. Memeriksa ulang jenis cairan infuse yang akan diberikan
c. Mengatur posisi
d. Mendesinfeksi kulit pada lokasi/ tempat pemasangan infuse
e. Membebasakan slang infuse dari udara
f. Memeriksa ketepatan masuknya jarum dalam vena dan difiksasi
g. Mengatur tetesan cairan sesuai dengan program pengobatan
h. Observasi tanda-tanda vital dan respon klien
i. Mencatat asupan cairan infuse yang diberikan.
Pengertian :
Memasukkan cairan kedalam tubuh melalui vena dalam jumlah besar secara menetes
Tujuan :
1. Sebagai therapy, misalnya shock
2. Menambah makanan, menambah cairan, misalnya pada dehidrasi , melarutkan racun di dalam tubuh.
3. Sebagai media untuk pemberian obat-obatan injeksi via intra vena.
Indikasi :
1. Klien dengan dehidrasi
2. Sebelum dilakukan tindakan transfuse darah
3. Klien yang akan dioperasi dengan anastesi umum
4. Klien yang tidak dapat makan dan minum
5. Pengobatan tertentu
Persiapan :
1. Lingkungan
- Keluarga/ pengunjung diminta keluar dari kamar
- Bila perlu pasang skerem
2. Klien
- Menjelasakan maksud dan tujuan terhadap prosedur yang akan dilakukan
- Atur posisi sesuai area yang akan dipasang infuse
- Apabila akan dilakukan dilengan, pakaian atas dibuka dan apabila di kaki pakaian bawah dibuka
3. Alat - alat
1. Baki yang telah dialasi
2. Perlak dan pengalasnya
3. Papan tangan k/p
4. Bengkok
5. Tiang infuse
6. Sarung tangan bersih dan steril 1 pasang
7. Tourniquet
8. Kapas alcohol
9. Cairan infuse (sesuaikan kebutuhan)
10. Infuse set
11. Abbocath ( IV cath )
12. Plester
13. Kassa steril
14. Gunting plester
15. Jam tangan
16. Lembar catatan
Pelaksanaan :
A. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasai
3. Kontrak
B. Fase kerja
1. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan pada klien
2. Menyiapkan alat dan mendekatkan kepada klien
3. Memasang sampiran
4. Mencuci tangan
5. Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daetrah yang akan dipasang.
6. Memotong plester sesuai kebutuhan
7. Memakai sarung tangan
8. Menggantungkan flabot pada tiang infuse
9. Membuka kemasan infuse set
10. Mengatur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan menutup klem yang ada pada saluran infuse
11. Menusukkan pipa saluran infuse kedalam botol cairan dan mengisi tabung tetesan dengan cara memencet tabung tetesan infuse hingga setengahnya.
12. Membuka klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada slang infuse lalu tutup kembali klem
13. Membuka kemasan abbocath dan meletakkan abbocath kedalam bak steril
14. Memilih vena yang akan dipasang infuse, bila banyak rambut guntinglah
15. Meletakkan tourniquet 10 – 12 cm diatas tempat yang akan ditusuk, menganjurkan pasien menggenggam tangannya.
16. Melakukan desinfeksi daerah penusukan dengan kapas alcohol secara sirkuler dengan diameter + 5 cm
17. Lepaskan handscoon dan gunakan handscoon steril
18. Menusukkan jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum menghadap keatas, dengan menggunakan tangan yang dominan
19. Melihat apakah darah terlihat pada pipa abbocath
20. Memasuklan abbocath secara pelan – pelan serta menarik secara pelan – pelan jarum yang ada pada abbocath, hingga plastic abbocath masuk semua dalam vena, dan jarum keluar semua.
21. Tahan kateter dengan satu tangan, minta pasien untuk melepaskan genggamannya. Lepaskan tourniquet dan dengan cepat hubungkan adapter jarum dengan perangkat pemberian, jangan menyentuh adapter
22. Lepaskan klem roller untuk mulai infuse pada kecepatan untuk memepertahankan patensi aliran IV
23. Amankan selang IV atau selang kateter :
- Pasang pelster kecil dibawah kateter dengan sisi lengket menghadap ke atas silangkan plester
- Oleskan poviden iodine ditempat tusukan dan tutup dengan kassa steril
- Pasangkan plester kedua tepat menyilang pada hubungan kateter.
- Amankan alat dan rapikan klien
- Letakkan loop selang infuse pada balutan selang plester
24. Atur kecepatan aliran infus
25. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan
26. Membereskan alat dan merapikan pasien
27. Melepas sarung tangan
28. Mencuci tangan
C. Fase terminasi
1. Evaluasi klien terhadap tindakan yang telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang
Dokumentasikan jenis cairan, kecepatan tetesan, waktu pemasangan dll
Sabtu, 04 Juni 2011
MEMBANTU PASIEN BERJALAN
MEMBANTU PASIEN BERJALAN
A. Persiapan :
Perawat mengkaji toleransi pasien terhadap aktivitas, kekuatan, adanya nyeri, koordinasi, dan keseimbangan pasien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan pasien.
Aktivitas ini mungkin memerlukan alat, sepertu kruk, tongkat, dan walker. Namun pada prinsipnya perawat dapat melakukan aktivitas ini meskipun tanpa menggunakan alat.
B. Tujuan :
1. Memulihkan kembali toleransi aktivitas
2. Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan fleksi otot
C. Alat dan Bahan :
Alat dan bahan yang diperlukan sesuai dengan kondisi pasien.
D. Prosedur :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. minta pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau memegang telapak tangan perawat.
4. Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu pasien.
5. Bantu pasien untuk berjalan
6. Observasi respon pasien saat berdiri dari tempat tidur (frekuensi nadi dan tanda hipotensi ortostatik)
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat tindakan dan respons pasien.
POSISI DORSAL RECUMBENT
POSISI DORSAL RECUMBENT
A. Pengertian:
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur
B. Tujuan :
1. Perawatan daerah genitalia
2. Pemeriksaan vagina
3. Posisi pada proses persalinan
4. Pemasangan kateter
C. Alat dan Bahan:
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus (fungsional bad)
3. Selimut
D. Langkah:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang
4. Pakaian bawah dibuka
5. Tekuk lutut dan di renggangkan
6. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
A. Pengertian:
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur
B. Tujuan :
1. Perawatan daerah genitalia
2. Pemeriksaan vagina
3. Posisi pada proses persalinan
4. Pemasangan kateter
C. Alat dan Bahan:
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus (fungsional bad)
3. Selimut
D. Langkah:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang
4. Pakaian bawah dibuka
5. Tekuk lutut dan di renggangkan
6. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
KATETERISASI URINE PADA WANITA
KATETERISASI URINE PADA WANITA
1. Pengertian
Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan kedalam kandung kemih
2. Tujuan
a. Menghilangkan distensi kandung kemih
b. Mendapatkan spesimen urine
c. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan
3. Persiapan
a. Perasiapan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Bak instrumen berisi :
a) Poly kateter sesuai ukuran 1 buah
b) Urine bag steril 1 buah
c) Pinset anatomi 2 buah
d) Duk steril
e) Kassa steril yang diberi jelly
2) Sarung tangan steril
3) Kapas sublimat dalam kom tertutup
4) Perlak dan pengalasnya 1 buah
5) sampiran
6) Cairan aquades atau Nacl
7) Plester
8) Gunting verband
9) Bengkok 1 buah
10) Korentang pada tempatnya
4. Prosedur
a. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat didekatkan ke pasien
b. Pasang sampiran
c. Cuci tangan
d. Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien
e. Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien lithotomi (kaki ditekuk dan Kaki sedikit dibuka). Bengkok diletakkan didekat bokong klien
f. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan alat genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.
g. Bersihkan genitalia dengan cara : dengan tangan nondominan perawat membuka vulva kemudian tangan kanan memegang pinset dan mengambil satu buah kapas sublimat. Selanjutnya bersihkan labia mayora dari atas kebawah dimulai dari sebelah kiri lalu kanan, kapas dibuang dalam nierbekken, kemudian bersihkan labia minora, klitoris, dan anus. Letakkan pinset pada nierbekken
h. Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira 10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Masukkan Cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis. Tarik sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk pada kandung kemih
i. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur
j. Fiksasi kateter pada bagian sisi dalam paha klien
k. Pasien dirapihkan kembali
l. Alat dirapihkan kembali
m. Mencuci tangan
n. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
2) Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien
KATETERISASI URINE PADA PRIA
KATETERISASI URINE PADA PRIA
1. Pengertian
Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan kedalam kandung kemih
2. Tujuan
a. Menghilangkan distensi kandung kemih
b. Mendapatkan spesimen urine
c. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan
3. Persiapan
a. Persiapan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Bak instrumen berisi :
a) Poly kateter sesuai ukuran 1 buah
b) Urine bag steril 1 buah
c) Pinset anatomi 2 buah
d) Duk steril
e) Kassa steril yang diberi jelly
2) Sarung tangan steril
3) Kapas sublimat dalam kom tertutup
4) Perlak dan pengalasnya 1 buah
5) Sampiran
6) Cairan aquades atau Nacl
7) Plester
8) Gunting verband
9) Bengkok 1 buah
10) Korentang pada tempatnya
4. Prosedur
a. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat didekatkan ke pasien
b. Pasang sampiran
c. Cuci tangan
d. Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien
e. Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien terlentang. Kaki sedikit dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong klien
f. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan alat genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.
g. Bersihkan genitalia dengan cara : Penis dipegang dengan tangan non dominan penis dibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh tangan dominan dengan gerakan memutar dari meatus keluar. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Letakkan pinset dalam bengkok
h. Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira 10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Masukkan Cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis. Tarik sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk pada kandung kemih
i. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur
j. Fiksasi kateter
k. Lepaskan sarung
l. Pasien dirapihkan kembali
m. Alat dirapihkan kembali
n. Mencuci tangan
o. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
2) Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien
Langganan:
Postingan (Atom)